Ter-Senyum-lah


Dia : Aii... kaka marah nih sama ai kalo ai ngga mau senyum
Aku: Laaah begemana dah ka ini juga udah senyum
Dia : Itu senyumnya dipaksa. Ayo yang tulus dong

Dia : Aii... kaka marah nih sama ai kalo ai ngga mau senyum
Aku: Laaah begemana dah ka ini juga udah senyum
Dia : Itu senyumnya dipaksa. Ayo yang tulus dong
Aku: Senyum yang tulus itu gimana?
Dia : kaya gini, *tangannya lalu menyentuh daguku, berdesir, manis*
Seseorang mengingatkanku. Bahwa tersenyum adalah perkara mudah
yang entah mengapa jadi begitu sering terlupakan.
Beberapa malah jadi lupa tersenyum meskipun itu hanya sekali dalam hari di hidup kita.
Kamu kerap sekali mengingatkan aku untuk tersenyum
Seperti aku yang kerap cerewet mengingtkanmu untuk minum air putih katamu tersenyum itu mudah.
Kataku minum air putih itu menyenangkan
Tapi kita samasama jadi yang paling malas untuk melakukannya.
Katamu waktu itu,
"Semua orang itu akan jadi merasa lebih berada ketika kita senyum ke mereka. Mereka merasa terlihat, mereka merasa disapa, mereka merasa di manusiakan."
Senyum itu ibadah. Sebuah hal paling mudah yang bisa kita lakukan dimanapun. Sebuah bentuk simpati yang paling kecil. Sebuah upaya untuk memanusiakan orang di sekitar kita.
Lalu mengapa kita jadi suka lupa tersenyum.
Ada banyak hal, karena rasa egois. Karena rasa sedih. Dan juga karena rasa tidak peka.
"Kamu tau, perempuan akan terlihat jauh lebih cantik. Ketika dia mampu tersenyum meskipun kamu tidak ingin" - kamu
Seberapapun susahnya tersenyum. Dihari sepahit apapun entahlah kini saya hanya sedang belajar untuk terus tersenyum. Terus menebar kebaikan. Karena bagi saya, membagi kesedihan dengan cara memasang muka masam, atau mendiamkan orang di sekitar kita bukanlah cara yang cerdas dan dewasa dalam menghadapi usia yang hampir menuju 20 ini.
Kamu? Kamu juga harus seperti itu. Aku hanya ingin selalu melihat garis lengkung yang mencoret wajahmu untuk selamanya.

No comments:

Post a Comment