Surat
cinta untuk kamu
Pria
di penghujung 22 tahun.
Ahhh,
hai kamu.
Bagaimana
kehidupanmu setelah pertemuan terakhir kita pagi hari itu.
Hujan
di bogor pun ikut mengantarkan kita pada sebuah keputusan besar. tentu saja
bagiku pembicaraan kita pagi itu bukan sebuah lelucon sayang, memilih untuk
melepaskanmu adalah sebuah keputusan besar yang ku ambil di awal tahun 2015
ini. Sudah ku bilang resolusi 2015-ku adalah, “ aku harus lebih bahagia”. Dan katamu
bahagia adalah sebuah pilihan bukan?. Aku memilih bahagia, dan bahagiaku adalah
dengan melepaskanmu. Berjalan jauh dari mu-
kehidupanmu-kenanganmu-ketergantunganku terhadapmu.
Kita
saling mengenal sudah hampir setahun lebih. Di akhir tahun 2013 sampa di awal
tahun 2015. Bukan waktu yang singkat untuk saling tahu kebodohan masing-masing
bukan?. Banyak hal yang aku tahu tentang kebiasaan burukmu, kesukaanmu, hal
yang kamu benci, makanan yang kamu makan, tempat makan favoritmu, atau club
bola yang kau suka. Tidak sedikit ucapan selamat malam, atau selamat pagi yang
saling kita ucapkan.
Tapi
aku sadar akan satu hal bahwa ketika aku bahkan tahu apa saja yang kamu lakukan
dalam 24 jam setiap hari dalam hidup kita, kamu bahkan tak jarang ingat apa-apa
yang aku tidak suka. Kamu bahkan sering lupa bahwa lima menit sebelumnya kau
baru saja berjanji tidak akan membuatku menangis lalu kau berhasil membuatku
menangis sejadi-jadinya dalam hitungan menit berikutnya.
Ketika
aku bahkan berusaha selalu ada ketika kau butuh. Aku selalu panik ketika
mendengar kau masuk rumah sakit. Atau kau hanya mengabariku kau kena demam. Dan
kamu bahkan tidak pernah datang ketika aku butuh kamu. Padahal kamu adalah pria
pertama yang aku kabari saat aku kenapa-kenapa. Bukankah ini aku tengah percaya
padamu sayang?.
Bukan
seperti ini cinta bekerja bukan?. Kita sedang tidak saling memperjuangkan. Aku tengah
memperjuangkanmu sendiri. Tidak ada kata saling dalam hubungan kita. kamu yang
selalu ingin di perjuangkan, selalu ingin dijaga perasaanya. Dan aku yang terus
mengalah, mendengar ketegasanmu bahwa “ kita ini adik-kaka kan?”.
Kita(kamu)
menjuluki bahwa hubungan kita sebatas kaka-dan-adik. Let me say something, oh
Lord percayalah tidak akan pernah bisa perempuan-dan-laki-laki yang berhubungan
tanpa ada bumbu cinta di dalamnya. Dan kali ini aku yang jatuh cinta padamu
bukan?.
Kau bilang “ setiap orang punya pilihan.
Maaf saya tidak berhak menentukan : )”
Aku dan
keputusanku adalah sesuatu yang terbaik yang bisa kita ambil sekarang ini
sayang. Percayalah jarak mampu menyelesaikan semuanya. Terkadang kita butuh
untuk saling sendiri-sendiri untuk menata hati masing-masing. Membiarkan waktu
dan jarak mengatakan apa yang tidak bisa kita katakan.
Let’s
the distance say the word we can’t say.
Bukankah
memang sudah saatnya untukku berhenti. Membersamai orang yang, tidak ingin di
bersamai bukanlah sesuatu yang mudah. Ketika kita harus terus bertahan
meyakinkan diri sendiri bahwa semuanya akan baik-baik saja. Ketika kamu bilang selagi
aku masih berjalan disampingmu kau akan membuatku baik-baik saja. Hey man! Aku sedang
tidak menutup mataku, aku melihat dengan jelas bahwa setiap saat ada begitu
kemungkinan rasa sakit yang jauh lebih sakit bila aku terus berjalan di
sampingmu. Terlebih kamu hanya menginginkan aku sebagai seorang adik manis
kepunyaanmu. Kamu cukup egois bila kamu menginginkanku duduk di sampingmu,
membersamai langkah-langkahmu dengan luka yang masih basah.
Kini
yang aku butuhkan bukan perhatianmu, atau belas kasihmu, atau kata-kata
penyemangat darimu. Yang aku butuhkan adalah ikhlas kan aku untuk pergi
sejenak. Beri aku sedikit waktu dan ruang untuk mengeringkan luka yang ada.
Aku hanya
butuh ruang untuk berdamai dengan perasaanku sendiri. Mencoba mengihlaskan
apa-apa yang tak terjangkau lengan. Biarkan aku berdamai dengan diriku supaya
nanti aku mampu berdamai dengan dunia. Sampai nanti aku siap kembali. Sebagai adik
manismu lagi. Adik manis yang tidak jatuh cinta pada kakak kesayangannya.
Mari
jalani hidup masing-masing. Kamu seharusnya bisa bahagia tanpa aku, yang
selama ini terus mengganggu hidupmu. Dan aku Mampu jauh lebih bahagia karena
tidak harus repot-repot lagi merindukanmu.
Kak, let me tell you one thing. Jangan pernah
anggap keberjarakan ini adalah hukuman atau aku jadi benci kamu ya. Just because
we don’t talk doesn’t mean I don’t think about you. I’m just trying to distance
myself because I know I can’t have you.
Another-Om-Om-yang-bikin-galau. Sekian.
ReplyDeleteAnother-Om-Om-yang-bikin-galau. Sekian.
ReplyDeleteEniweey dia bukan om om nyil, pun dengan rambutnya yang penuh uban, dia baru mau 23 tahun. Ahahaha uhh
Delete