love will never die



Celana jeans hitamku hampir tak berwarna hitam lagi karna lumpur. tubuhku sudah basah akibat hujan. Air mataku hampir habis. Entahlah, yang ada dibenakku sekarang adalah bagaimana hidupku setelah ini. Bagiku dia adalah separuh jiwaku. Mencintainya adalah nafasku. mungkin aku berlebihan. Tapi kukatakan semua ini tulus dari hatiku. Mana mungkin aku berbohong atas perasaanku. Mencintainya adalah sesuatu hal yang paling benar dalam hidupku.
ciuman di malam itu adalah ciuman pertama dan terakhir untukku. Aku hanya dapat merasa dunia tak adil. Aku mencintai gea lebih dari aku mencintai diriku sendiri. He means evrythings for me. Tapi kini dia telah pergi. Bukan untuk sehari atau dua hari, sebulan atau berbulan-bulan. tapi dia pergi Untuk selama-lamanya. Ya Tuhan bagaimana kau bisa mengambil seseorang yang aku sayang dari sisiku?. Tanpa dia aku hanyalah sepotong daging yang punya nama. Tanpa arah, tanpa tujuan, tanpa mimpi.
Seseorang mengahampiriku, payung birunya membuat dia tampak seperti malaikat. Malaikat yang datang dari surga. Tangannya menyentuh pundakku lembut, '' ndis,,, bisakah kau menghentikan tangismu dan pulanglah denganku!.'' Ucapnya lembut. lonil, dia adalah sahabatku. Sahabat yang selalu ada untukku. Seperti sekarang ini.
'' tinggalkan aku sendiri ''. Ucapku lirih, lalu memeluk tubuhku, yang mulai terasa dingin dan berusaha menghangatkannya. tatapanku kosong, bibirku pucat.
'' ya Tuhan grandis, bisakah kau berhenti keras kepala dan dengarkan ucapanku. Aku tak mau kau jatuh sakit. Jika kau tetap seperti ini kau hanya membuat gea sedih disana!.'' lonil menatapku iba. Matanya lesu. Dia terlihat keren dengan kaos hitam yang di double dengan kemeja bergaris hitam dan celana jeans hitam. Ah peduli apa dengan penampilannya.
Aku masih diam dalam hening. sudah 3 jam aku duduk dibawah guyuran hujan dan tak bisa disembunyikan lagi kini kulitku benarbenar pucat dan mulai mengeriput. Bibirku mendesah, kedinginan. Tapi dinginnya tubuh ini tak sedingin dengan dinginnya hatiku. Hampa.
Lonil masih setia menemaniku dia mengambil tempat kurang dari satu meter dari posisiku sekarang. Tibatiba tangan kanannya melingkari bahuku dan menarikku lebih dekat merapat ketubuhnya. Kini hampir tak ada jarak lagi antara kami. Begitu dekat. Tangan kirinya terus memegang payung, melindungi aku dan dia dari guyuran hujan.                
 '' dengarkan aku. Aku akan selalu ada disini menemanimu. relakan dia, ini yang terbaik untuknya!'' ucap lonil lirih lalu memeluk tubuhku lebih erat lagi. Hangat, menelan semua kehampaan yang kurasakan.
**
Aku terbangun lalu mengerjapkan mataku, kulihat jam yang menggantung di dinding '' baru jam tiga pagi.'' gumamku. Yang ku ingat kini hanya, q telah kehilangan pacarku, aku belum makan sejak dua hari yang lalu. Dan aku tidak bangun dari tempat tidur sudah sejak 3 hari yang lalu. Yaah sudah kubilang aku bukan apa-apa tanpa Gea.
Krraaaaak bumb'
Terdengar dentingan kayu yang terjun bebas ke tanah. Aku bangkit dari kasur dan melihat keluar jendela, sebentar ku pejamkan mata. Sesosok lelaki di tengah taman menatapku. Ku gosok mataku, ah mungkin aku salah lihat atau mengigau. Tapi dia tersenyum padaku. gea?. Diaa.. Ada di halaman. Senyumnya, itu senyum yang selalu diberikannya. Tak kusadari mulutku sudah terbuka sangat lebar.
Aku lalu bergegas keluar dan menghampirinya. yaah, tak ada orang. Oh mungkin hanya fatamorgana. Fatamorgana di tengah malam. Aku hendak kembali kerumah tapi pundakku tertahan. perlahan ku menoleh, '' gea '' ucapku lirih. aku lalu memeluknya. Ya ampun aku tak dapat memeluk gea. Kucoba sekali lagi. Tapi tetap tak bisa. Air mataku meleleh lagi. Isak tangisku pecah. ku tatap gea, wajahnya bersinar ia mengenakan pakaian putih. dia terlihat sangat tampan. '' kenapa kau harus meninggal?'' tanyaku lirih. '' meninggalkan aku?''. Lalu aku terisak.
Ia hanya tersenyum padaku. Ya tuhan tampan sekali. Aku hanya dapat terisak. Ku dengar derit pintu rumahku ada seseorang dari arah sana '' sayang apa yang sedang kau Lakukan?.'' sahut momy lalu membelai rambutku. '' kau masih demam grandis!''. Sahutnya lagi.
'' ma gea ma!.'' ucapku dengan wajah senang.
'' grandis gea sudah meninggal. '' ucap mama mengingatkan.
'' ma gea ada disini, gea di..'' tibatiba ucapanku terhenti ya ampun kemana gea, bukannya tadi dia ada disini.
'' sayang lebih baik kita masuk yuk!.''
'' tapi ma..'' aku melangkah gontai mengikuti mama. Sebelum masuk kusempatkan menengok ke halaman, gea Tak ada.
**
aku sedang bermain dengan sylvester kucing persia berbulu lebat. Kucing gembul itu sedang duduk manis dipangkuanku. Tiba-tiba kurasakan sentuhan di bahuku.
'' geaa...?'' aku tak habis pikir. Dari mana dia masuk?. Sejak kapan dia ada disini?. Aku hendak berteriak memanggil mamah, tapi aku tak bisa.
'' kau siapa?''. Ooh aku yakin ucapanku barusan pasti terdengar sumbang. Bodoh kenapa kata-kata itu yg keluar dari mulutku?. Dia hanya tersenyum padaku. '' kau pergi kemana tadi malam?. aku mencari mu.'' Dia tetap tersenyum padaku. Dan tak menjawab pertanyaanku. Tangannya mendekat pada sylvester, lalu dia membelainya lembut.
'' kau bicara dengan siapa?'' ucap seseorang mengagetkanku. Sontak aku menoleh ke arahnya.
'' lonil, apa kau tidak lihat?. Aku bicara dengan gea!''. Ucapku semangat. kutatap raut wajah lonil dia hanya mengrenyitkan dahi. '' gea ada di...''. Ya ampun gea kemana lagi?
''... sampingku''. Lanjutku. Kuedarkan tatapan mataku ke seluruh sudut taman. Gea kemana.
'' lonil percayalah gea tadi. Dia duduk disini, dia membelai sylvester, lalu dia tersenyum padaku. Diaa ... Diaa... Ada.'' . Aku yakin mungkin lonil berfikir kalau aku sudah gila. Entahlah. Tapi gea ada!. Aku melihatnya. Dan aku merasakannya. Dia masih disini.
**
Mamah membawaku ke psikiater. Ya Tuhan aku belum gila. Aku mengalami euforia kesedihan yang berlebihan katanya. aah, gea masih ada. Aku yakin, mungkin tepatnya masih ada di dunia, dalam bentuk lain. Aku membenahi posisi dudukku. Mamah sedang konsultasi dengan dokter psikiater yang menanganiku. Sekilas aku melihat seseorang, yang sepertinya tak asing bagiku. Saat kutatap ternyata benar itu gea, aku langsung menghampirinya. Kucoba menggenggam tangannya, tapi tak bisa. Dia bagaikan udara. Tangannya membelai pipiku, geli. Lalu aku menatapnya, '' apa yang terjadi padamu?. Jelaskan padaku semuanya. Kau hampir membuatku gila. Bukankah Kau sudah meninggal gea. katakan!'' ucapku dengan nada cukup tinggi. Gea menatapku sayu. sepertinya ada yang ingin dia sampaikan.
Lonil lalu mendekap bahuku, '' grandis kau bicara dengan siapa?. Hey?. Are you okay?''. Ucapnya bingung.
'' lonil listen to me, i never lie, and you know about it?. '' ucapku lalu menatap lonil tepat di manik matanya.
'' yeeah i know!. And then?''
'' gea,,, ada yang ingin gea sampaikan. Dia belum tenang nil... '' ucapku hampir menangis.
'' ndis, aku tau kau kurang tidur, aku juga tau kau belum bisa mengikhlaskan gea,!.''
'' nil, percaya, aku kekasih gea, aku yang mengerti dia. Dia butuh bantuan kita untuk pulang ke surga.'' ucapku sedikit memohon.
'' oooh oke, sekarang kita pulang. dokter bilang kau harus banyak istirahat!.'' ucapnya lalu merangkul tubuhku.
'' berjanjilah nil, kau sahabatku bukan?!.'' ucapku menahan langkah kami. Tapi lonil hanya diam. '' nil lihat aku, percayalah..!.'' lanjutku.
'' baiklah, janji kelingking!. Ayo kita pulang.'' ucapnya dengan senyum meyakinkan. '' apakah kau ingin makan sosis saus teriyaki?.'' tawarnya.
'' boleh..!.''
**
Ini adalah malam ketujuh sepeninggalan gea. Malam ini aku dan lonil akan mengahdiri doa bersama dengan keluaraga gea. Acara dimulai pukul tujuh tepat, semua tamu undangan tengah hadir. masih terasa kabut duka di rumah ini. tante delia masih terlihat berduka. Aku menghampirinya. dia mencium dahiku. '' apa kabarmu nak?. Tante dengar kau sempat sakit ya?''. Aku hanya mengangguk. Ku lihat air mata mulai meluncur ke pipinya, tak kuasa aku melihatnya. Lalu kuhapus air mata itu
'' ini yang terbaik. Jangan menangis lagi.'' ucapku lalu tersenyum. Semenjak pemakaman gea aku tak bertemu dengan keluarga gea, kami terlalu sibuk dengan duka masing-masing.
Acara akhirnya selesai. Aku sedang duduk di teras rumah gea dengan adiknya. leni bercerita banyak setelah perginya gea. Leni bilang rumah itu seperti tak punya penyangga lagi. Mamah kehilangan semangat memasaknya. Dia terlihat muram . Ayah lebih banyak diam dan lina, dia kehilangan kakak tercintanya. Aku hanya diam menjadi pendengar yang baik. Aku tak bisa mengucapkan apapun, karna aku juga merasa seperti itu. Kehilangan. Lina lalu masuk ke dalam rumah, dia harus membantu tante delia.
Aku sedang melamun, ketika sosok dengan wajah itu hadir lagi. Aku hendak menghampirinya. Tapi langkahku terhenti. '' aku harus memberi tahu lonil!''. satu menit kemudian aku datang dengan lonil, tanganku mengenggam lengannya kuat-kuat. '' tadi gea disini nil...''. Ucapku saat melihat gea sudah tak ada lagi. Aku menyapu pandangan, ku temukan seekor kunang-kunang, ku amati, sepertinya kunang-kunang itu sengaja mencuri perhatianku. Ada yang ingin dia tunjukan. Kunang-kunang itu terbang menjauh. Aku sontak lari mengejarnya. '' grandis, ini sudah malam bahaya..!'' teriak lonil mencegahku. Tapi aku tak peduli.
Aku berlari keluar halaman, mengejar kunang-kunang itu, ku telusuri jalan demi jalan. Hingga aku terhenti di suatu titik, '' bukankah ini jalan ke danau?! '' aku membatin. Di belakang perumahan ini terdapat danau buatan sebagai salah satu lahan resapan air. Biasanya aku dan gea akan datang kesini untuk sekedar melihat bintang atau menangkap kunang-kunang. Kraakkk, aku menginjak ranting yang berserakan di tanah. Aku sempat kaget dengan suara yang kubuat. bulu kudukku sedikit berjengit.
Ku ikuti kunang-kunang itu, hingga aku sampai di ujung danau. Disana berkumpul ratusan kunang-kunang, sebelumnya aku tidak pernah melihat kunang-kunang sebanyak ini. Indah. Lalu sosok itu kembali datang. Kali ini dia terlihat lebih nyata. '' geaa...'' ucapku lirih, lalu mengulurkan tanganku. '' jelaskan semuanya mengapa ini semua terjadi?. Apakah kau belum tenang?. Adakah sesuatu yang perlu kau katakan?. Katakanlah sayang,!''. Lanjutku, air mataku mulai meluncur. tapi dia hanya tersenyum.
Dia kekasihku, tapi tetap saja dia... Dia... Dia bukan manusia. Kurasakan bulu kudukku berdiri saat gea memelukku. Dia membelai rambutku. Sudah lama aku tak merasakan belaian seperti ini.
'' pergilah ge.. Aku rela kau pergi. Beristirahatlah dengan tenang. Aku tak apa.'' ucapku lirih. Ku coba memeluknya dan ya ampun, aku bisa memeluk gea, kini dia begitu nyata.
'' aku mencintaimu ndis...,''. Aah pardon?. Gea dia bicara?. Yaampun?.
Aku hanya mengangguk lemah. '' aku mengerti''. Ucapku lirih.
Gea lalu memelukku. Semakin erat. Aku merasa nyaman. Gea, hanya gea yang mengerti aku. Dia selalu tau siapa aku. Dia selalu tau bagaimana memperlakukan aku. '' gea aku tak mau kau pergi.'' bisikku. Semilir angin ditepi danau tak menyurutkan aku untuk melepas pelukannya. Aku semakin memeluknya erat. dan tak akan melepaskannya.
'' geaa... Hentikan!. Kau sudah gila?. Kau mau membunuh grandis?!.'' hingga teriakan itu memaksaku menyeruak dari pelukan gea. Ditangannya terdapat kayu runcing yang diarahkan padaku.
Aku tak tau harus berbuat apa, kupincingkan mataku. Kurangkum wajahnya. aku tak percaya gea akan melakukan itu padaku.
'' grandis lari!!!!!. '' teriak lonil.
Aku masih terpaku tak percaya. '' kau siapa!?.'' ah,, bodoh. Apa yang kuKatakan?. Gea lalu mengarahkan kayu itu ketubuhku tapi lonil segera menarikku, dia mengajakku berlari lebih jauh. Aku menangis tak percaya. Gea, dia akan membunuhku?. Bukankah dia mencintai aku?. Ya Tuhan?.
aku terus berlari mengekor dibelakang lonil. Kringat dingin terus mengalir ditubuhku. aku tak mengerti semuanya. Lonil semakin memper erat genggaman tangannya. Aku tak tau akan kemana kita berlari. semakin jauh dari danau.
Brugk...!!!.
Kakiku tersandung akar pohon yang menonjol ke permukaan tanah. Lututku perih, mungkin lututku berdarah ternyata iya. Lonil lalu menghampiriku. '' apakah kau masih bisa berlari ndis?. Sebentar lagi kita keluar dari danau.'' tanyanya.
'' entahlah, '' jawabku sambil meringis kesakitan. sosok itu datang lagi, dari sorot matanya dia tak begitu bersahabat. gea lalu mengarahkan kayu runcingnya kepada lonil dan...
'' ARRRRGGHHHH.....'' semuanya blank. Blitzzz...
Kukerjapkan mataku. Apakah ini sudah di surga?. Batinku. Tapi surga tak segelap ini. Belum aku masih hidup bahuku sakit sekali kayu itu masih menancap di bahuku. Aku menangis.
'' kau tak apa-apa ndis?.'' tanya lonil cemas. Aku menggeleng lemah. Sakit!.
'' puas kah kau melukaiku ge?.'' tanyaku, '' sudah PUASS!!!?''. Teriakku lalu terisak.
Gea tak bergerak sedikitpun dari tempatnya. Ku tatap matanya. aku tak habis pikir.
'' ge... Mengertilah takdir ini. Kau sudah meninggal pulanglah dengan tenang ge..!''. kata lonil sambil melindungiku dari jangkauan gea.
'' aku tak rela jika grandis menjadi milik orang lain. Aku ingin memiliknya seumur hidupku. Aku ingin grandis pergi bersamaku. Mempertahankan cintaku dan dia. ''. Ucap gea runyam. Ya Tuhan... Mataku terbelalak tak percaya.
'' ge akupun mencintaimu. Tapi kita sudah berbeda... Aku tak bisa. Aku harus melanjutkan hidupku. Disini.'' ucapku lirih. '' pergilah ge... Inilah takdir kita. Kita harus terima. Jalan kita telah berbeda. Dunia kitapun tak sama. Relakan aku. Karna aku juga telah mengikhlaskanmu ge...!''.  ucapku sedikit bergetar.
lalu ratusan kunang-kunang yang indah datang. Mereka mengelilingi gea. ''berjanjilah kau akan tersenyum untukku. Grandis ..'' ucap gea lalu tersenyum.
Semakin lama, gea semakin menghilang. Kunang-kunang itu seperti membawa gea terbang. Jauh... Jauh.. Daan hilang selamanya. Senyumnya masih terekam di benakku. Manis.
'' kau selalu hidup dalam hatiku ge...!.''. gumamku
Lonil menatapku sayu. Dia lalu memapahku berdiri dan menggendongku.
'' maafkan aku karna selama ini tak percaya padamu ndis...!.'' ucap lonil. Aku hanya mengangguk lemah.
aku merasakan pundakku mati rasa. bajuku yang putih hampir berwarna merah. Lalu lonil membawaku kerumah sakit. Dan kami memutuskan untuk merahasiakan cerita ini dari siapapun.
******** 10 tahun kemudian....
'' hai ge... Bagaimana kabarmu?. Semoga kau tenang di surga. Ge... Lihat ini marten, dia anakku, lucu tidak?. Hehehe, dia mirip denganku tidak?''. Ucap grandis sambil menebar bunga di atas makam gea.
'' ge... Semoga kau dapatkan bidadari di surga yah..!'' ucap seorang lelaki.
'' papah onyil ini kubulan ciapa tiiih??!.'' ucap marten sambil menjilati lolipopnya.
'' ini makam temen papah sama mamah.'' jawab lonil, lalu membelai rambut marten. Anak lelaki yang ada dalam gendongannya sekarang.
Marten lalu menghampiri grandis. '' mamah kenapa nangis?.'' sahut marten.
'' engga nangis kok, mamah cuma terharu.''
'' ooh orang ini pasti penting yaa buat hidup papa sama mama,,!.'' sahutnya polos.
Lonil dan grandis saling bertatapan heran.'' hey sejak kapan kau mengerti bahasa orang dewasa seperti itu?.'' tanya lonil. ''!.'' lanjutnya. Lalu merengkuh tubuh istrinya. Dan tersenyum manis.
'' mah, pah ayok pulang marten boccceeen niiiyh...!. ''
'' iyaaa sayaaaang ...''. sahut grandis dan lonil lalu mereka beranjak pulang. Langit senja mengantar kepulangan mereka. Keluarga kecil itu terlihat sangat sempurna. Sesosok orang dibalik pohon mengintai mereka '' terimakasih karna kau sudah menepati janjimu ndis...!'', iya terlihat sangat gembira. Kemudian dia berbalik lalu menghilang.
## meskipun kau tak ada disini. Meskipun dunia kita tak sama lagi tapi aku akan tetap mencintaimu. Kau selalu punya tempat teristimewa dihatiku. Percayalah, akupun mencintaimu. biarkanlah kunang-kunang itu temani jalanmu menuju singgah sana nan hakiki. Tenanglah sayaang... Aku berjanji takkan menangis lagi untukmu. Biarkan aku temukan cintaku. Ijinkan aku jalani hidupku. Ini duniaku. Doakan yang terbaik untukku.
-end-
sanniesflaw ^^                                               

No comments:

Post a Comment